Secara bahasa, literasi adalah kemampuan menulis dan membaca, pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu, dan kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Sehingga dunia literasi sebenarnya tidak hanya terbatas pada menulis dan membaca dalam dewasa ini. 

Bahkan Ruangguru menuliskan bahwa kata literasi bukan sekedar kata, tapi juga menjadi gerakan bagi pegiat pendidikan, baik informal juga nonformal. Diperjelas pula pada artikel tersebut jika gerakan literasi bertujuan untuk :

  • dengan literasi, tingkat pemahaman seseorang dalam mengambil kesimpulan dan informasi yang diterima menjadi lebih baik;
  • membantu orang berpikir secara kritis, dengan tidak mudah terlalu cepat beraksi;
  • membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan cara membaca;
  • membantu menumbuhkan serta mengembangkan nilai budi pekerti yang baik dalam diri seseorang.

Tidak heran jika kini mulai muncul gerakan literasi yang beragam. Bahkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggiatkan Gerakan Literasi Nasional sejak tahun 2016. Bisa sobat dumay bayangkan kalau ternyata dunia literasi seserius itu?

Suatu kesempatan yang istimewa bagi saya karena dapat mengenal salah satu sosok yang fokus pada dunia literasi sejak lama, Saad Pamungkas. Sebagai praktisi literasi, beliau juga melahirkan Media Pamungkas. Laman ini didedikasikan untuk dunia kepenulisan khususnya di Jember.







Pada suatu waktu, saya sempat bertanya kepada Pamungkas, begitu saya memanggil beliau. Apa ada buku atau suatu peristiwa yang membuat beliau sampai merasa harus fokus di dunia literasi? Ternyata titik awal dimulainya perjalanan mencintai dunia literasi karena "terpaksa" membaca. 

Sekitar tahun 2005 atau 2006, qodarullah terjadi suatu kejadian yang membuat Pamungkas harus bertahan untuk tinggal di rumah saja. Saat itu buku Harry Potter menjadi pilihan untuk menemani waktu yang berputar dari hari ke hari. Novel fantasi karya J. K. Rowling menjelma sebagai obat yang menyenangkan nan menenangkan kala itu karena membuat beliau seakan bebas kemana-mana. Buku yang super tebal itu tidak hanya menjadi teman bagi beliau untuk membunuh rasa bosan, namun titik balik lahirnya setitik rasa suka pada dunia literasi secara tidak terduga! 




Tahun-tahun berikutnya, Pamungkas  mencoba membaca tulisan yang dirasa agak berat. Sebut saja tulisan Daniel Goleman. Meskipun diperolehnya dari buku loak alias bekas, nyatanya tidak mengurangi hikmah yang didapat usai membacanya. Bahkan melalui buku tersebut, yang kalau boleh saya tebak pasti berjudul "Working with Emotional Intelligence", Pamungkas menyadari bahwa kecerdasan emosi jauh lebih berperan ketimbang Intelligence Quotients atau keahlian dalam menentukan siapa yang akan jadi bintang dalam suatu pekerjaan.

Berbekal dari keyakinan tersebut, Pamungkas menemui seorang teman yang dikenal memiliki IQ tinggi hanya untuk mengajukan satu pertanyaan, "Bagaimana menurutmu kalau aku menjadi penulis?"

Teman beliau hanya menjawab, "Mustahil bisa kamu! Basic bukan sastra."

Pamungkas sudah menduga akan mendapat jawaban pesimis dari temannya. Tetapi itu tidak meruntuhkan langit harapan yang telah dibangun. Tidak butuh waktu lama, dalam kurun waktu dua tahun, beliau berhasil membuktikan bahwa omongan temannya salah besar. MasyaAllah.

Selain itu, masih ada satu pengakuan sederhana dari Pamungkas yang juga menjadi landasan bagi perjalanan beliau di dunia literasi.


"Karena saya bodoh, jadi saya perlu buku. Meskipun saya tak punya gelar apa pun, tapi dari baca saya bisa ngintip apa pun.Saad Pamungkas


Keterbatasan yang melahirkan tekad kuat justru telah membawa beliau ke titik saat ini. Saya pribadi berharap dunia literasi tidak hanya menjadi senjata Pamungkas melawan kebodohan, tetapi juga senjata kita semua. Harapan lebih besarnya lagi, lahirlah Negara Indonesia yang haus akan ilmu pengetahuan.

Karena sejatinya kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kecerdasan yang berasal dari pengetahuan. Semakin semangat anak muda yang melek literasi, maka semakin tinggi pula peradabannya. Hingga dapat benar-benar terwujud Negara yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa.