(Sumber : dok.pribadi) |
Saya menulis, tapi bukan penulis. Saya blogger.
Apa itu menulis? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, menulis adalah 1) membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya), 2) melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan, 3) menggambar atau melukis, dan 4) membatik (kain). Begitu luas pengertian menulis, bukan? Bahkan hingga diartikan sebagai proses melahirkan pikiran atau perasaan, berarti mereka yang menulis dapat disebut pemikir atau perasa? Lainnya lagi menulis diartikan sebagai proses menggambar atau melukis, lantas disebut pelukis kah? Sah-sah saja kalau begitu siapa-yang-menulis disebut blogger. Karena “salah satu” definisi menulis menurut kamus kecil saya adalah ngeblog.
Apa dengan mudahnya setiap yang menulis di blog disebut blogger? Tidak bagi saya. Kita tidak akan disebut blogger jika tidak ada satu pun orang yang tahu kita menulis di blog. Banyak bukan, blog yang asal dibuat hanya memenuhi kewajiban tugas sekolah atau tren kala itu hingga akhirnya terlupakan. Tidak elok rasanya blogger menjadi nama panggilan bagi mereka yang tidak konsisten. Bahkan untuk manusia yang memiliki kesamaan fitrah dan cara beraktivitas pun ada yang mendapat panggilan orang baik. Bersyukurlah bagi yang disebut orang baik karena mereka dinilai konsisten dalam berbuat baik. Boleh saja kalau begitu sebutan blogger hanya untuk mereka yang konsisten menulis di blog diantara banyaknya blog yang bertebaran di dunia maya?
Setelah sudah konsisten, ternyata blogger masih memiliki banyak pekerjaan rumah untuk menjadikannya seorang profesional. Mengapa harus profesional? Perlu digaris bawahi, profesional bukan sekadar julukan. Menjadi profesional diperlukan agar blog kita berumur panjang dan tujuan kita ngeblog dapat tercapai. Tahap demi tahap dalam berproses menuju profesional akan membuat dunia mengenal versi terbaik diri kita. Upaya apa yang disuguhkan dari proses belajar, semua akan terlihat di blog. Hingga muncul personal branding dari perpaduan konsisten dan profesional.
Proses belajar? Jadi untuk ngeblog juga harus belajar? Lho ya iya toh yo, setiap hal itu butuh yang namanya belajar. Begitu pula saya yang memilih Exclusive Blogging Class bersama Kak Prita HW featuring Kak Vindy Putri dan Kak Nana Warsita sebagai teman belajar. Tentunya tidak hanya saya yang berada di kelas ini, terdapat dua belas teman yang belajar bersama. Melalui kepiawaian dan keikhlasan beliau-beliau dalam berbagai ilmu, saya dan teman sekelas sudah memiliki bekal untuk selangkah lagi menjadi blogger profesional. Terima kasih Kak Prita HW, Kak Vindy Putri, dan Kak Nana Warsita.
Tugas pertama yang membuat saya pusing tetapi tidak sampai tujuh keliling adalah saat diberi pertanyaan blog kita mau dibawa ke mana? Mau dikenal sebagai apa? Apa yang ingin dihasilkan dari blog? Pertanyaan sederhana bukan? Beberapa teman sekelas ada yang dapat dengan mulus menjawab semua pertanyaan tersebut. Sebagian lainnya, sama seperti saya. Masih datang dengan segudang kebingungan. Bagaimana saya menjawabnya? Untuk menjawab itu semua hingga merangkai kata yang dapat mendeskripsikan blog saya ini ternyata prosesnya tidak sederhana, tetapi membutuhkan waktu berminggu-minggu lamanya. Pentingnya sebuah konsep sebagai fondasi kuat yang ingin Kak Prita HW bangun kepada saya dan teman sekelas menjadi dorongan yang memaksa dengan lembut agar kita berlari seirama dengan fondasi yang telah kokoh dimiliki oleh Kak Prita HW.
Salah satu materi yang membuat saya dan teman sekelas terheran adalah peran penting dukungan visual pada tampilan blog. Visual disini tidak sebatas pada tampilan desain dan layout blog seperti yang diajarkan oleh Kak Vindy Putri, tetapi masih ada hal yang tidak kalah penting lainnya. Yap! Fotografi. Materi fotografi yang disampaikan oleh Kak Nana Warsita menjadi materi-refreshing-dari-tulis-menulis yang tidak main-main ternyata. Tulisan terbaik yang dibungkus dengan tampilan desain dan layout blog menarik, serta teknik pengambilan gambar terbaik adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan untuk menciptakan sebuah kesan dan menyampaikan sebuah pesan.
Sementara itu, homework yang tak kalah mengasyikkan adalah pembelian domain. Sama sekali tidak terpikirkan oleh saya untuk mengubah domain menjadi dot com. Khawatir kalau prosesnya terlalu sulit atau biaya investasi yang dikeluarkan tidaklah sedikit. Ternyata, kekhawatiran tadi salah. Memang ya, rasa khawatir tanpa disertai dukungan bukti itu tidak baik. Malah akan menghambat seseorang untuk maju. Jangan hanya khawatir lalu malas untuk mencari tahu. Padahal manfaatnya mengubah domain itu cukup banyak, salah satunya ternyata domain dot com dapat membangun kepercayaan pengunjung. Tulisan yang bermanfaat tanpa adanya pengunjung bagai sayur tanpa garam, bukan?
Selain itu, pesan yang akhir-akhir ini melayang di ingatan saya adalah saat Kak Prita HW berkata:
Nggak boleh underestimate ke diri sendiri! Dan patuh sama to do list yang dibuat sendiri!
Percaya diri dan disiplin. Itu yang bisa saya simpulkan dari pesan beliau. Percaya diri ini memang unik, harus dijemput. Jika tidak dijemput, bisa saja ia datang terlambat atau bahkan tidak datang sama sekali. Disiplin ini ibarat harga mati dalam hal apapun. Jangan berharap dapat bertemu hasil yang diinginkan, jika tidak disiplin. Barulah saya paham, mengapa kelas ini begitu berharga dan sayang jika materi demi materi terlewatkan begitu saja.
13 Comments
Wow, ada benang merah nes, antara gaya penulisanmu dan penulisanku. mungkin krn cara berpikirnya sama kali ya (almost dr chat2 panjang itu). Yuk mari konsisten sama2, menebar kebaikan di dumay :* :*
ReplyDeleteAku merasakan yang sama mbak.. :) feelnya dapet banget..
DeleteHehe
Aku terharu Mbak Prita bilang ada benang merah diantara kita, syukur bukan benang kusut, eaa~ Iya mbak, insyaAllah.
DeleteMakasih Mbak Prita. Makasih Mbak Karin.
Menulis untuk menyebarkan kebaikan :)
ReplyDeleteIya mbak, insyaAllah. Makasih Mbak Faiq.
Deletesemangat mb mimin..
ReplyDeleteMakasih Mbak Nana.
DeleteSemangat terus ngeblognya ya mbak ^_^
ReplyDeleteSalam kenal mbak. Makasih Mbak Rohma.
DeleteWah lengkap bgt infonya, keren mba ines ����
ReplyDeleteImbas ngintip isi blog Mbak Ipop yang sangat terperinci wkwk.
Deleterasanya sedih pas mau berakhir, smoga kebersamaan enggak ikut berakhir
ReplyDeleteInsyaAllah Mbak Miyosi, aamiin.
Delete